(RNCBY Part 2) Berburu Sunset di Kandang Buaya

Lanjut lagi ceritanya tentang roadtrip saya ke Pantai Rancabuaya, Garut Selatan. Berbulan-bulan jadi draft di stok posting petualangan saya.

Setelah saya sampai di Pantai Rancabuaya dan drop-in barang-barang bawaan saya. Ganti baju dan siap bermain di pantai, dan siap dengan bekal untuk dimakan di pinggir pantai.

Ada dua area yang bisa dipilih untuk main di pantai ini, ada yang berkarang dan tidak. Tapi karang disini lumayan indah, lho! Bentuknya memang datar-datar saja dan masih mudah untuk berjalan di atas, tapi saya senang sekali melihat setiap makhluk hidup yang bersembunyi di baliknya. Ada ikan-ikan kecil, kepiting, rumput laut, dan bintang laut. Tapi bentuk bintang lautnya tidak seindah yang biasanya anda lihat, yang umumnya berwarna merah dan berbentuk literally bintang, tapi hanya juluran-juluran berwarna hitam, dan membuat saya merinding karena agak jijik melihatnya.

Karena masyarakat yang bermukim di sini populasinya cukup banyak dan jauh dari pusat kota, masyarakat di sini sebagian besar bermatapencaharian sebagai nelayan. Di sepanjang pinggir pantai terdapat banyak kapal-kapal nelayan yang sedang ‘parkir’. Hasil berburu mereka pun di jual dengan harga yang cukup murah di pasar dan rumah makan di pinggir pantai. Di rumah makan itu kita bisa pilih sendiri seafood-nya. Dan langsung dibuat. jadi dijamin fresh!

Setelah asyik menyelusuri karang dan berburu hewan di baliknya, akhirnya saya sampai juga di bagian pantai yang tidak berkarang. Di pinggir pantai saya membuka bekal saya, few slices of rainbow cake 🙂

Kemudian tak berasa akhirnya sore akan berakhir. Di sore hari, apalagi yang dicari orang yang sedang berkunjung ke pantai, selain matahari yang akan kembali keperaduannya. Langit yang agak mendung mengakibatkan saya harus mencari cara untuk mendapatkan tempat yang pas untuk melihat pemandangan yang langka saya dapatkan. Bersyukur ketika menyadari kalau pantai ini tepat menhadap ke arah Barat. Walaupun awan yang bergerak cepat dan hilang-timbulnya cahaya matahari terakhir ini. Akhirnya untuk mengakhiri cerahnya sore pertama saya di Rancabuaya, saya ditemani oleh sunset nan indah meskipun langit agak mendung.

Tiba di malam hari, suhu sudah cukup sejuk. Sedikit saran untuk pemilihan jenis kamar penginapan Anda, cukup pilih yang dengan fan saja, karena walaupun di daerah pantai, Rancabuaya terletak di balik dataran tinggi, jadi angin malamnya sudah cukup menemani Anda tidur tanpa harus kepanasan.

Di sini juga tidak ada minimarket, hanya ada warung kecil yang menjual makanan seperti popmie, jadi untuk jaga-jaga ada keperluan mendesak, sudah siap-siap dibawa saja ya sebelumnya.

Subuh pun hadir juga. Saya keluar untuk mencari makan, karena semalam saya malas keluar penginapan. Yang saya temukan hanya mie rebus, karena seafood belum siap jual ternyata kalau di waktu sepagi ini. Entah masih mendung atau memang biasanya seperti ini, tapi di pukul setengah enam pagi masih agak gelap dan suhunya lumayan dingin, seperti di Puncak. Ada bukit besar, agak menyeramkan melihatnya ketika masih gelap, terlihat seperti Titanic yang sedang merapat.

Tak ingin menyerah agar seperti kemarin sore, pagi ini saya masih mencari sinar matahari, sunrise. Tapi gagal. Matahari itu muncul dari balik bukit hitam besar itu. Dan terlihat bulatannya ketika semuanya sudah terang. Bukan sunrise lagi namanya. Agak kecewa. Kembali lagi ke penginapan. Bersiap-siap untuk pulang.

Seafood yang belum pernah saya cicipi akhirnya datang juga kesempatannya. Di siang hari, sambil menunggu solat Jumat berakhir, saya memilih jenis hewan laut dan bumbu yang akan dihidangkan untuk makan siang saya di Warung Nasi Jabrig yang terletak tepat di depan penginapan saya. Setelah menunggu sekitar 15 menit, pas dengan usainya solat Jumat, hidangan pun datang, udang saus tiram, cumi saus padang, sebakul nasi, dan es kelapa hijau siap memuaskan rasa lapar dan dahaga saya.

 

 

 

 

 

 

Setelah kekenyangan, saya beristirahat sebentar. Kemudian perjalanan kembali dimulai untuk kembali ke Bandung. Tapi kali ini melalui jalur yang berbeda. Nagreg, dengan waktu tempuh lebih lama namun kondisi jalan lebih aman dan nyaman untuk ditempuh. Sebelum ke Nagreg, saya melewati Pantai Pameungpeuk, deretan pantai nan indah, bukan tempat tujuan wisata utama, tanpa tertutup oleh deretan penginapan, semuanya masih asri dan asli.

Setelah deretan pantai, saya berada di antara perbukitan dengan udara nan sejuk. Perubahan kondisi geografis yang sangat drastis.

 

 

 

Beberapa jam ditempuh, saya berhenti sejenak di Masjid Agung Garut, meluruskan badan dan jama’ solat dzuhur dan ashar. Masjidnya megah, terdapat alun-alun di depannya, banyak pedagang mainan, bahkan ada arena bermain mobil-mobilan. Saya membeli chuanki dan ternyata agak berbahaya, benar-benar keras sampai tidak bisa dipotong. Oke, saya pikir, “ini badan bakalan nyimpen boraks untuk beberapa bulan”.

Mumpung saya sedang berada di pusat Kota Garut, saya main dulu berkekililing sekitar masjid ini. Ada Gasibu putih, saya lupa namanya, ayah saya pernah cerita, dulu ketika ia bekerja di salah satu perusahaan eksplorasi gas bumi di sana, uwak saya yang kebetulan bule dan bos dari perusahaan itu disambut oleh Bapak Walikota Garut kala itu dalam peresmian perusahaannya. Bangga rasanya.

Cokodot? Siapa yang belum tahu? Oleh-oleh moderen khas Garut berupa cokelat berisi dodol dan kini sudah memiliki berbagai varian. Saya menyempatkan diri untuk datang ke Gedoeng Cokelat Cokodot, hanya sekitar 25 meter dari Masjid Agung. Di sana juga ada salon khusus cokelat dan cafe yang khusus menyajikan hidangan olahan cokelat. Saya membeli beberapa batang cokelat dengan varian berbeda untuk menjadi oleh-oleh keluarga saya yang akan datang besok.

6,5 jam telah dilalui, akhirnya saya sampai juga di Dago 🙂 dengan selamat walaupun badan kempes rasanya. Sudah malam dan belum makan malam, tadi saya membeli batagor di salah satu pom bensin daerah Nagreg, agar tidak masuk angin.

Sebuah roadtrip yang menyenangkan sekaligus menegangkan. Saya sudah mengetahui satu titik lain di Indonesia.

Selamat menyelusuri garis pantai Indonesia!

 

Leave a comment