Bandung-Jakarta, lewat jalan tol terus?

Bandung-Padalarang-Ciranjang-Cianjur-Cipanas-Puncak-Jakarta

Di atas merupakan jalur Bandung-Jakarta yang sudah jarang sekali saya lalui, mungkin sudah bertahun-tahun saya sudah tidak pernah lewat jalur ini lagi. Dulu ketika saya masih SD saya dan keluarga selalu lewat sini untuk ke Cimahi bersilaturahmi dengan sanak keluarga di sana. Terang saja, dulu belum ada Jalur Tol Purbaleunyi. Mungkin bagi Anda semua yang ‘penganut’ Jakarta-Bandung pun begitu.

Saat Hari Raya Natal 2012 kemarin, keluarga saya menjemput saya dari kostan saya di daerah Dago, Bandung. Sebelumnya keluarga saya menempuh rekor perjalanan terlama menuju Bandung, 7 jam. Berawal dari keputusan yang diambil karena ketakutan kalau lewat tol akan macet, ayah saya memilih lewat Subang-Lembang, yang ternyata justru lebih parah macetnya, bahkan di Lembang sampai diberlakukan jalur satu arah. Sebelum memulai perjalanan pulang, kami makan siang terlebih dahulu di “Mih Kocok Mang Dadeng”, sebuah restoran khusus mie kocok khas Bandung yang memang sudah terkenal kelezatannya. Lokasi terletak di belakang Hotel Horizon Bandung. Saya sendiri kurang tahu rasanya seenak apa, karena saya hanya makan es krim durian yang mamangnya mangkal di depan restoran ini (saya sudah makan dua porsi KFC soalnya). Tapi, es durennya recommended banget, lho!

Perjalanan pulang menuju rumah saya di Depok pun dimulai. Setelah dari daerah Buah Batu melewati Jalan Terusan Buah Batu dan berbelok ke Jalan Soekarno-Hatta, perjalanan dilanjutkan dengan memasuki pintu tol Padalarang. Kami sempat berhenti dulu di sebuah rest area  untuk menunaikan shalat ashr.

Padalarang, sebuah tempat yang merupakan bagian dari Kabupaten Bandung Barat, ada Kota Baru Parahyangan di sebelah kiri jalan. Satu hal yang membuat saya sangat ingin masuk ke dalam komplek itu adalah, merasakan shalat di dalam sebuah masjid karya arsitek tersohor Indonesia, Ridwan Kamil.

Ciranjang. Saya sebenarnya tidak ingat ada apa di tempat ini, karena saya tertidur pulas di mobil.

Cianjur. Sebuah Kabupaten yang terkenal khas dengan bubur ayam dan es buahnya. Banyak sekali toko-toko yang menjual oleh-oleh di sepanjang jalan. Menurut berita yang ada, semenjak adanya jalur tol Padaleunyi, omset penjualan para pedagang oleh-oleh ini turun drastis, bahkan banyak yang bangkrut. Itulah salah satu kekurangan dari pembangunan jalan tol yang dikelola oleh pihak swasta itu.

Cipanas. Sudah termasuk wilayah dataran tinggi, terdapat Taman Bunga Nusantara dan banyak objek wisata lainnya. Ada ruas jalan yang dipenuhi oleh komunitas Arab, entah minimarketsisha cafe, restoran, penginapan, travel agent, dan masih banyak lagi usaha lainnya yang terletak di Little Arabian ini. Kami sempat berhenti untuk menyantap bubur ayam untuk makan malam, letaknya di seberang “Warung Sate Mang Ndont”, dan cukup recommended juga, lho!

Puncak. Sudah cukup lama sayang tidak ke tempat ini, pesat sekali pertumbuhan pariwisata di sini. Dulu, pemandangan cahaya-cahaya lampu hanya berasal dari lampu-lampu mobil di sepanjang jalan ketika Anda melihat pemandangan di bukit seberang Anda. Sekarang, dataran di bawah bukit merupakan hamparan lampu-lampu yang menjadi pemandangan sangat indah di malam hari. Untuk objek wisata, saya kira pengalaman Anda sudah cukup banyak menjelajahi tanah tinggi nan sejuk ini.

Jakarta, tidak perlu lah saya ceritakan.

Ada kalanya sebaiknya Anda kembali menempuh jalur yang sedikit lebih lama waktu tempuhnya dan menyempatkan diri untuk berhenti sejenak di beberapa wilayah yang saya sebutkan sebelumnya. Bukan untuk membuang waktu Anda, tetapi turut membantu perekonomian rakyat. Jalan tol memang dibuat untuk jalur bebas hambatan, tetapi jalur lama ini juga bebas hambatan, kok 🙂

Happy Holiday, pals!

Leave a comment